Pulau Penyengat merupakan salah satu pulau wisata di Tanjungpinang. Kita dapat melihat tempat tempat yang bersejarah. Mulai dari makam para raja, bangunan kuno, bangunan adat sampai masjid yang terkenal yaitu Masjid Raya Sultan Riau.Tidak begitu luas hanya sepanjang sekitar satu sampai dua kilometer saja. Jadi, jalan kaki di Pulau Penyengat sebenarnya lebih menarik.
Letaknya berseberangan laut dengan ikon Gonggong yang ada dekat pelabuhan Kota Tanjungpinang. Gambar dibawah ini diambil dari Gedung Gongngong tersebut. Jika naik perahu pompong hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit.
Becak Motor merupakan satu satunya pilihan kendaraan umum yang bisa dipakai di Pulau Penyengat. Tarifnya lima belas ribu sekali jalan sampai Balai Adat untuk dua orang, jika tiga orang menjadi duapuluh ribu rupiah saja.
Kita bisa juga menyewanya perjamnya tiga puluh ribu rupiah untuk berdua. Kalau bertiga tarifnya menjadi empat puluh ribu rupiah. Becak motor ini nyamannya ditumpangi dua penumpang saja. Tapi sangat memungkinkan jika membawa 3 penumpang.
Pada masa pemerintahan Raja Abdurrahman atau Yang Dipertuan Muda VII dibangunlah Masjid Sultan Riau. Yang konon katanya dibangun menggunakan putih telur. Tanpa menggunakan kerangka besi.
Pada masa itu masyarakat gotong royong membangun masjid. Kuning telurnya dimasak untuk para pekerjanya. Sedangkan putih telurnya digunakan untuk membuat masjid tersebut.
Pulau Maskawin, nama lain Pulau Penyengat
Pulau Penyengat ini dijadikan mahar oleh Sultan Mahmud Syah untuk meminang Engku Putri (Raja Hamidah). Orang pada umumnya meminang dengan seperangkat alat sholat atau emas berapa gram. Sangat berbeda jika seorang Sultan, meminang dengan sebuah Pulau.
Raja Hamidah adalah pemegang regalia yang merupakan benda kebesaran kerajaan Riau Lingga.
Gurindam Dua Belas yang populer dikarang oleh Raja Ali Haji.
Istana Kantor atau Mahhum Kantor dulunya merupakan istananya Yang Dipertuan Muda Riau VII atau Raja Ali. Tampak kokoh bangunannya, ada tembok yang mengelilinginya. Warna kuning menjadi warna dominan.
Hanya sayang sekali kurang terawat, hanya dibersihkan dari rerumputan liar saja. Seharusnya bisa dipelihara lebih bagus lagi. Karena ini merupakan situs yang bernilai sejarah tinggi.
Balai Adat digunakan untuk tempat istirahat para pengunjung. Dibagian depan dijual pernak pernik untuk oleh oleh Pulau Penyengat. Harga mulai 10 ribuan saja. Ada berbagai gantungan kunci, perahu miniatur, kuda laut dan topi kepala khas melayu, tanjak.
Dibagian bawah rumah panggung ini, terdapat air segar yang dapat diminum langsung. Karena ditepi laut, angin segar selalu berhembus. Rencananya akan dibangun wahana yang baru di pantai depan Balai Adat ini.
Pulau Penyengat, Wisata Kuliner.
Makanan daerah melayu disini tempatnya. Ada beberapa yang unik, salah satunya masakan sotong (cumi cumi) yang dimasak hitam. Sepertinya tinta sotong juga dimasukan. Warna hitam pekat. Awalnya beberapa tamu menghindarinya, namun setelah mencoba rasanya malah minta tambah lagi.
Rendang daging nanas, juga unik. Biasanya rendang atau gulai menggunakan daging sebagai bahan bakunya. Namun disini menggunakan nanas. Rasa gurih nya santan dan segarnya nanas campur menjadi satu.
Dinding Masjid Sultan Riau sangat tebal, sekitar 75 cm. Tampak kokoh dengan tiang tiang yang besar.
Masjid ini seluas dua puluh meter kali delapan belas meter. Terdapat 4 buah tiang besar dan 13 kubah dibagian atas. Jika dijumlahkan sebanyak 17, yang melambangkan jumlah rakaat dalam sholat sehari semalam.
Terdapat mushaf Al Qur’an yang ditulis tangan. Sang penulisnya adalah Abdurahman Stambul yang dimana beliau diutus untuk belajar Islam di Turki. Sehingga tulisannya bergaya Istambul.
Demikian tulisan saya tentang Pulau Penyengat, tempatnya Wisata Sejarah dan Religi. Bagaimana serukan ?
Tunggu wisata berikutnya tentang Ikon Baru di Tangjungpinang yakni Gedung Gonggong. Photo di bawah ini saya ambil dari pelabuhan Pulau Penyengat.